Senin, 30 September 2013

Ciri-ciri Masyarakat yang dihadapi Rasulullah SAW Ketika Berdakwah


Ciri-ciri masyarakat pada periode makkah
a.    Menyembah berhala
b.    Membunuh, berperang serta berzina. Selain itu mereka juga senang mengubur anak perempuan hidup-hidup karena pada masa itu melekat sebuah anggapan bahwa mempunyai anak perempuan merupakan sebuah kehinaan yang mendalam.
c.    Persaingan antara keturunan atau kaum ataupun klain-klain yang ada pada saat itu sangat berpengaruh, terutama pada kaum quraisy dimana saat itu mereka sangat berpengaruh, dan mempunyai kekuasaan. Sehingga kaum quraisy sangat enggan tunduk kepada Nabi Muhammad SAW. Yang secara garis keturunan berasal dari kaum Abdhul Mutholib, karena takut akan kehilangan kekuasaan dan kedudukan.
d.    Taklid kepada nenek moyang, orang-orang di Makkah sangat kuat memegang teguh kepercayaan nenek moyang mereka. tradisis tersebut dianggap hal yang mutlak serta membawa keberuntungan dan sangat sulit untuk ditinggalkan.
e.    Membuat ataupun memahat patung adalah salah satu sumber ekonomi masyarakat Makkah saat itu disamping berdagang.
Ciri-ciri masyarakat pada periode madinah
a.    Kelompok musyrik, yang kebanyakan tidak membenci islam dan banyak yang akhirnya berpaling ke islam
b.    Kelompok yahudi ( komunitas pertama yang tetap di Yatsrib sejak abad pertama masehi). Yang telah berbaur dengan orang arab. Namun tetap fanatic dengan ajarannya ( yang kebanyakan berbau magis dan pagan)
c.    Kaum muslim yang setia kepada Rasulullah SAW. Yang meliputi 2 kelompok yaitu:
ü  Anshar (penduduk asli madinah yang terdiri dari dua suku Aus dan Khazraj)
ü  Muhajirin (kaum muslim yang hijrah ke madinah)


Kamis, 26 September 2013

Keberhasilan Dakwah Rasulullah Periode Makkah dan Madinah


Kesuksesan Dakwah Nabi Muhammad SAW di Makkah


Dalam perjuangan Rasulullah Saw, paling tidak ada tiga hal yang telah beliau rubah :

1.         Dalam bidang aqidah (kepercayaan).
Masyarakat Jahiliyah waktu itu menyakini adanya banyak tuhan, atau yang dikenal dengan musyrik (politeisme). Kemudian, berkat perjuangan Rasulullah Saw., mereka mentauhidkan Allah atau mengimani adanya Allah, Dzat Yang Maha Esa.

2.        Dalam bidang hukum.
Kalau waktu itu, mereka sama-sekali tidak mengenal hukum, yang kuat menindas yang lemah, maka berkat perjuangan Rasulullah Saw, mereka menjadi masyarakat yang taat dan patuh kepada hukum.

3.        Dalam bidang akhlak atau moral.
Masyarakat pada saat itu adalah masyarakat yang biadab, masyarakat yang sama-sekali tidak menghormati kaum dhu’afa, gemar berjudi, minum Khamer, dan berzina.tetapi berkat perjuangan Rasulullah Saw, mereka menjadi orang-orang yang berakhlak. Dengan demikian, perubahan yang dilakukan oleh Rasulullah ini sangat signifikan dan sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia sampai saat ini.


Kesuksesan Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah

Setelah hijrah ke Madinah, perkembangan islam di kota tersebut mengalami kemajuan. Kesuksesan Dakwah Nabi  Muhammad SAW dalam mengembangkan islam di Madinah, meliputi:
               
1.     Diperdamaikannya Antara Suku Khazraj dan Suku Aus.
Sebelum islam datang, suku Khazraj dan suku Aus terus selalu terjadi perselisihan dan bersitegang bahkan tidak jarang terkadinya pertumpahan darah hal ini di picu oleh adanya pihak ketiga, yakni Yahudi. Kedatangan Rasulullah SAW memberikan dampak yang sangat positif pada kedua suku tersebut. Kedua suku tersebut banyak yang memeluk agama islam, sehingga semuanya telah terikat dalam hati mereka tali keimanan. Walaupun tidak bisa menghilangkan sama sekali sisi fanatisme kesukuan namun telah tertanam dalam jiwa mereka bahwa semua manusia dalam pandangan islam adalah sama. Yang membedakan derajat manusia di sisi Allah hanyalah ketakwaanya,. Dengan memeluk islam ini. Nabi saw. Telah memberikan penerangan kepada masyarakat Madinah bahwa Islam adalah agama yang menentangkan diskriminasi, dan cinta perdamaian.

2.    Mempersatukan Sahabat Muhajirin dan Anshor.
Nabi Muhammad senantiasa menganjurkan persaudaraan antara kedua sahabat, dan melarang semangat kesukuan, sehingga bersatu menjadi kokoh dan kuat. Dengan mempersatukan kedua sahabat atas dasar suatu agama, berarti merupakan satu kesatuan yang kokoh.

3.    Membentuk Kekuatan dan Politik Islam
Nabi juga mempersatukan antara golongan Yahudi dan Bani Qoinuqo, Bani Nadhir dan Bani Quraidah. Terhadap golongan Yahudi, Nabi membentuk suatu perjanjian yang melindungi hak-hak azasi manusia, yang dikenal dengan Piagam Madinah. Adapun diantara isi perjanjian Madinah sbb:
a. Kaum Yahudi bersama kaum muslimin wajib turut serta dalam peperangan.
b. Kaum Yahudi dari Bani Auf diperlakukan sama kaum muslimin.
c. Kaum Yahudi tetap dengan Agama Yahudi mereka, dan demikian pula dengan kaum muslimin.
d. Semua kaum Yahudi dari semua suku dan kabilah di Madinah diberlakukan sama dengan kaum Yahudi Bani Auf.
e. Kaum Yahudi dan muslimin harus saling tolong menolong dalam memerangi atau menhadapi musuh.
f. Kaum Yahudi dan muslimin harus senantiasa saling berbuat kebajikan dan saling mengingatkan ketika terjadi penganiayaan atau kedhaliman.
g. Kota Madinah dipertahankan bersama dari serangan pihak luar.
h. Semua penduduk Madinah di jamin keselamatanya kecuali bagi yang berbuat jahat.

4.    Membangun Masjid.
Setelah berada di Madinah, Nabi Muhammad membangun masjid yang sekarang terkenal dengan nama masjid Nabawi. Masjid ini dibangun atas tanah milik dua anak yatim yang sudah dibeli. Nabi ikut mengangkat batu-bangunan sendiri.
Dalam Waktu yang sangat singkat kurang lebih 23 tahun seluruh jazirah arab telah dikuasainya, hal ini menunjukan Kesuksesan Nabi Muhammad SAW di Madinah dalam dakwahnya. Adapun kesuksesan nabi dalam dakwahnya itu dapat dilihat dari sisi Internal dan Eksternal sbb:
a. Faktor Internal
- Kecerdasan Nabi Muhammad SAW
- Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
- Ketinggian Akhlak Nabi Muhammad SAW
- Ketinggian pribadi Nabi Muhammad SAW
b. Faktor Eksternal
- Karena adanya Wahyu Allah SWT.
- Kesungguhan para sahabat dalam memperjuangkan wahyu tersebut, dan mereka membela mati-matian bila menghadapi bahaya.

Rabu, 18 September 2013

Israf dan Tabdzir


Isyraf
1. Pengertian Israf
Secara Bahasa israf berasal dari kata sarafa, yasrafu, israfa yg artinya memboroskan, membuang-buang, melampaui batas atau berlebih-lebihan. Dan secara istilah adalah melakukan suatu perbuatan yg melampaui batas  atau ukuran yang sebenarnya. Sikap ini biasanya terjadi  pada orang-orang yang rakus dan tidak puas atas nikmat yang telah di beri oleh Allah Ta'la.
Israf adalah perbuatan yg tidak di senangi oleh Allah karena perbuatan ini merupakan bagian dari bentuk tidak mensyukuri nikmat yang telah di berikan oleh allah Ta'ala
2. Dalil tentang Larangan Bersifat Israf
"wahai anak cucu adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap ( memasuki ) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan." (Q.S Al-a'raf[7]:31)
3.  Bentuk-Bentuk Sikap Isyraf
Sikap melampaui batas (berlebihan) menjelma dalam bentuk :
a.       Pamer kekayaan, berlebihan dalam memakai atau menggunakan kekayaan, baik berupa pakaian ataupun makanan, sehingga menimbulkan sikap ria.
b.      Berjiwa Sombong, lepas kontrol terhadap diri sendiri dan sosial, sehingga melakukan hal-hal yang diluar kewajaran.
c.       Mendambakan kemewahan dunia semata, sehingga melupakan akhirat.
d.      kufur nikmat, seperti melupakan pemberi rezki (Allah) dan menganggap rezeki yang diperoleh hanya semata karena usaha sendiri.
e.       Melakukan ibadah secara berlebihan, seperti shalat malam semalam suntuk, sehingga ketiduran ketika menjelang pagi dan meninggalkan shalat shubuh
Menurut syaekh Nashir As Sa'di, hal yg bisa dikatagorikan berlebihan, yaitu :
a.       Menambah-nambah di atas kadar kemampuan, dan berlebihan dalam hal makan, karena makan yang terlalu kenyang dapat menimbulkan hal yang negatif pada struktur tubuh manusia.
b.      Bermewah-mewah dalam makan, minum dan lain-lain artinya dalam memakan atau meminum sesuatu tidak boleh memperturutkan hawa nafsu, sehingga semua yang di inginkan tersedia.
c.       Melanggar batasan-batasan yang telah di tentukan Allah Ta'ala.
d.      Menumpuk-numpuk harta atau sesuatu hal yang tidak telalu dibutuhkan oleh kita maupun oleh masyarakat.
e.       Melakukan segala sesuatu yang berlebihan, contohnya terlalu banyak tidur bisa menyebabkan berbagai penyakit terutama malas, dari penyakit malas inilah timbul berbagai dampak yang tidak baik seperti tidak mau bekerja, kalaupun bekerja hasilnya pun tidak akan optimal
f.       melakukan pekerjaan yang sia-sia, terkadang kita sebagai manusia suka denga hal-hal yang bersifat hura-hura
g.      memperturutkan hawa nafsunya, manusia dalam menghadapi hidup biasanya dihadapakan pada dua permasalahan yaitu antara keperluan dan kebutuhan dengan keinginan.
4. Akibat dari Perbuatan Israf
Melampaui batas merupakan penyakit yang  mematikan, merusak banyak orang,   dan mengancam masa depan umat manusia, terutama generasi muda Islam sejak zaman dahulu hingga sekarang. Selain itu, sikap Israf juga merupakan bentuk pengingkaran akan nikmat Allah SWT, sedangkan pengingkaran akan nikmat Allah SWT tidak akan memperoleh keuntungan sedikitpun.
Nabi Muhammad SAW bersabda : Binasalah orang-orang yang melampaui batas. (HR. Muslim).
Di antara akibat sikap melampaui batas (berlebihan) adalah sebagai berikut :
a.       Mengakibatkan terhentinya melakukan amal ibadah dan tidak sabar, karena manusia memmiliki tabiat cepat bosan dan memiliki kemampuan yang terbatas.
b.      Manusia biasanya akan sabar mengerjakan pekerjaan yang berat dan sulit dalam waktu beberapa hari atau beberapa bulan, lebih dari itu akan manusia akan bosan.
c.       Sikap "berlebihan" terkadang akan berubah menjadi sebuah "keteledoran", suatu hal yang sebelumnya bersifat ketat, berubah menjadi kebebasan. Pada akhirnya dia akan meninggalkan sedikit atau banyak dari apa yang seharusnya dilakukan.
d.      Dibenci oleh Allah Ta'ala
e.       Menjadi sahabat setan
f.       Menjadi orang yang akan tercela dan menyesal
g.      Akan Allah binasakan
h.      Menjadi orang yang tersesat
5.  Upaya Menghindari Sikap Isyraf
Diantara upaya dalam mengindari sikap Israf yaitu
a.       melakukan amal ibadah secara istiqamah ataupun terus-menerus meskipun sedikit. Amal tersebut merupakan amal yang paling di sukai oleh Allah SWT.
b.      hidup secara bersahaja dan tidak selalu mengikuti hawa nafsu. Sederhanakanlah dan tundukkanlah hawa nafsu dengan menggunakan akal sehat. Seseorang yang hidup bersahaja, tidak akan suka melakukan sesuatu yang di luar kewajaran, karena perbuatan tersebut akan merendahkan dirinya di hadapan Allah SWT dan juga manusia yang lain karena sebagian besar kejelekan yang menimpa manusia bersumber dari hawa nafsu yang lepas kontrol.
Selain itu, Islam telah memberikan tuntunan dalam berbuat dan beribadah, antara lain:
a.       Rasulullah Saw. melarangan umatnya berpuasa terus-menerus.
b.      Rasulullah Saw. melarang shalat disebagian besar waktu malam, kecuali pada sepuluh akhir Ramadhan.
c.       Rasulullah Saw. melarang membujang jika telah mampu menikah.
d.      Rasulullah Saw. melarang meninggalkan makan daging.
Bagi orang yang beramal tanpa mengetahui ketentuan di atas, maka dia beroleh pahala, tetapi bagi orang yang mengetahui ketentuan tersebut, tetapi tidak mengindahkannya dan melampauinya, maka dia berarti dikalahkan dan tertipu oleh nafsunya.
6. hikmah menghindari prilaku isyraf
a.       Sikap israf adalah salah satu sikap tercela yang sangat merusak bagi pelaku sendiri maupun orang lain yang yang terkena dampak tingkah lakunya
b.      Setiap muslim dilarang mengikuti syahwat
c.       Perbuatan berlebihan atau melampaui batas ini adalah sebagai wujud pengingkaran terhadap nikmat yang di berikan Allah.
d.      Sikap melampaui batas bekasnya dapat menghilangkan keteguhan dan keseimbangan yang dituntut agama dalam melaksanakan berbagai tanggung jawab hukum.
Tabdzir
1. Pengertian Tabzir
Kata tabzir berasala dari kata bahasa arab yaitu bazara,yubaziru tabzir yang artinya pemborosan. Secara istilah tabzir adalah membelanjakan/mengeluarkan harta benda yang tidak ada manfaatnya dan bukan dijalan Allah. Sifat tabzir ini timbul karena adanya dorongan nafsu dari setan dan biasanya untuk halhal yang tidak disenagi oleh Allah serta ingin dipuji oleh orang lain.
2. Dalil tentang tabdzir

إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُواْ إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُوراً

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhan-nya. (al-Isra' : 27).

وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَاماً
Artinya : Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar. (surat al-Furqan ayat 67,)

راى رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلا يتوضأ فقال لاتسرف لاتسرفُ

Artinya : Rasulullah Saw. telah melihat seorang laki-laki berwudhu', lalu beliau bersabda "Jangan kamu berlebih-lebihan. Jangan kamu berlebih-lebihan" (HR. Ibnu Majah dari Ibnu Umar).
3. Bentuk-Bentuk Sikap Tabzir
Adapun bentuk-bentuk perbuatan yang menjurus ke sikap tabzir di antaranya adalah :
a.       Menganggap kemewahan hidup di dunia sebagai suatu kesenangan dan kebahagiaan dan berusaha meraihnya tanpa mempedulikan ketentuan agama.
b.      Mencari kekayaan yang berlimpah dengan segala cara dengan jalan yang tidak wajar dan dilarang agama, sehingga menimbulkan kecurangan, kejahatan dan penipuan yang merugikan pihak lain.
c.       Membelanjakan harta yang dimiliki secara boros tanpa memperhitungkan azas manfaat dan mudaratnya. Sementara larangan berlaku boros bertujuan supaya setiap muslim dapat mengatur pengeluaran sesuai keperluan.
d.      Kikir dalam membelanjakan harta untuk berbuat kebajikan, seperti wakaf, infaq ataupun sedekah.
4. Nilai Negatif Sikap Tabzir
Sebagaimana dijelaskan bahwa, sikap tabzir dipicu oleh sikap pamer dan sikap sombong, di mana kedua sifat itu menyebabkan kehancuran pada diri sendiri, karena tidak memiliki kontrol pribadi dan sosial. Jika diri sudah lepas kontrol, maka akan menimbulkan sikap boros.
Sikap mendambakan kemewahan dunia semata, yang ditimbulkan oleh sifat pamer dan sombong merupakan tabiat buruk yang harus dihindari. Allah telah memberikan isyarat dalam al-Qur'an, bahwa akibat kesombongan dan kecongkakkan, Qarun beserta harta kekayaannya yang menjadi kebanggaan dan keangkuhannya dibenamkan oleh Allah ke dalam perut bumi. Hal ini memberikan peringatan kepada umat sesudahnya bahwa, ternyata harta yang tidak diridhai Allah tidak memperoleh manfaat.
5. Akibat dari Perbuatan Tabzir
Setiap aturan yang telah Allah buat untuk Hamba-Nya sudah pasti mengandung hikmah/manfaat bagi hamba-Nya, begitupun larangan terhadap perbuatan tabzir ( boros ). Berikut beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dari perbuatan tabzir, yaitu :
a.       Mendapat murka Allah
b.      Mendapat siksa yang teramat pedih oleh Allah
c.       Mendapat kesengsaraan dunia dan akhirat
d.      Mendapat cacian dari orang lain.
6. Upaya Menghindari Sikap Tabzir
Supaya umat manusia terhindar dari sikap tabzir, Islam melalui risalah yang dibawa oleh Rasulullah Saw. telah memberikan batas-batasan dan ketentuan dalam segala aspek kehidupan umatnya, termasuk dalam hal makan, berpakaian ataupun dalam beribadah. Di antara ketentuan itu adalah :
a.       Islam melarang makan dan minum, berpakaian, berhias ataupun dalam bersedekah secara berlebihan.
b.      Islam menganjurkan hidup sederhana, yang dimaksud sederhana di sini bukan berarti harus hidup melarat, tetapi sederhana sekedar mencukupi kebutuhan yang diperlukan tanpa berlebihan dan sewajarnya.
c.       Islam melarang bersikap sombong dengan menzalimi diri sendiri ataupun orang lain, karena menyebabkan kesengsaraan.
Setiap yang dilarang dalam Islam sudah tentu mengandung mudarat yang dapat merugikan kehidupan manusia. Sementara setiap suruhan sudah pasti juga memiliki manfaat yang akan menguntungkan bagi keselamatan hidup.
Orang yang mau menerima dan mengamalkan secara baik nasehat yang benar hanyalah orang-orang yang sabar dan tekun, termasuk di dalamnya orang yang patuh melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, akan menerima dengan baik dan ikhlas apa yang telah ditentukan Allah terhadapnya.